rupa seni

ruang_resah_gelisah

Selasa, 08 September 2009

FOCUS


SLR Camera SLR = Single Lens Reflex

SLR merupakan tipe kamera yang menggunakan cermin diletakan antara lensa dan film/sensor untuk memproyeksikan gambar. Cermin ini berguna agar pengguna kamera melihat apa yang ditangkap oleh lensa. Sehingga apa yang diintip melalui viewfinder, akan sama dengan apa yang nanti akan ditangkap oleh film/sensor. Terutama area serta fokus gambar yang diambil.
Konsep SLR dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar yang ditangkap oleh lensa (1) kemudian dipantulkan oleh cermin(2) dan kemudian diproyeksikan sehingga sampai ke lensa yang dekat dengan mata pengguna kamera ( 8 ) melalui matte focusing screen(5), lensa(6), pentaprism(7). Pada saat pengambilan gambar, maka cermin(2) akan bergerak (lihat arah panahnya) dan focal plane shutter(3) membuka sehingga gambar dapat diproyeksikan ke film/lensa(4).
Arsitektur seperti inilah yang membuat kamera SLR butuh lebih mengeluarkan kocek.
Pada intinya, kelebihan kamera SLR dibanding kamera lainnya (terutama compact/pocket camera) adalah tampilan di viewfinder. Hal ini penting karena:
- WYSIWYG (apa yang dilihat di viewfinder sama dengan yang akan ditangkap sensor/film)
-Pengguna dapat lebih fokus untuk melakukan framing area gambar yang akan diambil
-Konsentrasi serta fokus dapat lebih ditingkatkan
-Meminimalisir shaking. Pada kamera pocket, pengguna dapat melihat apa yang akan difoto pada LCD screennya, shaking dapat terjadi karena hanya lengan yang tidak kuat. Jika kita melihat menggunakan viewfinder, tumpuan dapat lebih dilakukan oleh kedua tangan dan kepala (lihat tutorial cara memegang kamera)
So ... silahkan berfikir untuk berpindah dari pocket camera ke SLR, tapi harganya men ga nahan hehehe


Ket : Perhatikan ketiga foto diatas, yang pertama kekurangan cahaya atau biasa disebut 'under' dan yang ketiga kelebihan cahaya sehingga kehilangan detail biasa disebut 'over'


Tips : Kelebihan dan kekurangan cahaya bila dimanfaatkan dengan baik maka akan sangat luar biasa hasilnya walaupun memang sulit





Ket : Arah datangnya cahaya sangat variatif dan menimbulkan efek yang berbeda-beda.
Tips : Kenalilah cahaya dan eksplorasi imajinasi cahaya anda.. saya sediakan ruang kosong pada contoh diatas untuk anda isi dengan kreatifitas cahaya anda sendiri.. Sekarang mari kita 'berburu cahaya'



CARA MEMEGANG KAMERA YAN SALAH
Ket : memegang kamera dengan cara seperti sangat tidak efisien karena mengurangi keleluasaan dalam mengontrol kamera

CARA MEMEGANG KAMERA YANG BENAR
Memegang kamera seringkali dianggap sebagai hal sepele. Maka hal ini seringkali luput dari perhatian. Hal ini sedikit banyaknya dipengaruhi oleh kebiasaan, pemotret yang memotret dengan cara tidak benar akan menuai berbagai kerugian, antara lain :

-Tidak bisa melakukan pemfokusan secara leluasa.
-Sulit mengubah selector diafragma dan kecepatan
-Tidak bisa dengan mudah menekan tombol pelepas rana kamera
-Memperbesar timbulnya kegoyangan saat menekan tombol pelepas rana kamera.
-Kehilangan moment2 penting.

Ket : Gunakan tangan kanan untuk mengontrol shutter release dan gunakan tangan kiri untuk memutar ring fokus dan perubahan focal length sekaligus menstabilkan kamera.

Ket : bandingkan kedua foto diatas, foto disebelah kiri tidak fokus dan yang kanan adalah foto yang fokus. Focusing adalah salah satu hal wajib di dunia fotografi ( tp pada beberapa kasus kita bisa lari dari aturan ini ). Maka lakukan pemutaran ring focus dengan tepat. Tips : Berhati-hatilah untuk melakukan pemfokusan pada bukaan besar(angka f kecil) karena ruang tajamnya sangat sempit..lari sedikit saja maka bisa ruwet urusannya.

Aperture
· Aperture mendefinisikan besarnya bukaan diafragma sebuah lensa . Gunanya untuk mengontrol cahaya yang masuk ke sensor pada kamera lewat bukaan pada lensa . Perhatikan ilustrasi lensa berikut :
· Dari bukaan paling besar ( f/1.4 ) sampai bukaan paling kecil ( f/16 ) atas mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam lensa . Perhatikan bukaan lensa di tengah-tengah ! makin besar nilai f-nya , makin kecil diameter / diafragmanya dan sebaliknya . Notasi pembagi “/” pada nilai f , mgkn untuk mempermudah pemahaman user bahwa semakin besar nilai pembagi (1.4 , 2.8 , … dst ) semakin kecil hasilnya / bukaan lensa . Meski pada Nikon , notasi yang umum digunakan adalah menggunakan F besar dan tanpa pembagi “/” misalnya F1.4 , F2.8 , … dst . Ga usah bingung , cukup ingat-ingat saja angka-angkanya dan ingat ketentuan diatas (tebal) . Di fotografi , memang banyak notasi / istilah yang berbeda antar satu vendor dengan vendor lain . Biasalah .. mgkn urusan marketing .
· Bagaimana mendapatkan angka-angka seperti itu ? masih ingat rumus matematika untuk menghitung luas sebuah lingkaran ? untuk membagi luas menjadi setengah dari sebelumnya maka harus dibagi dengan akar pangkat 2 ( 1.41421356 ) .
· misal ( dibulatkan ) :Bukaan maksimal = 1Bukaan 1/2 maksimal = 1 * 1/1.4 = 1/1.4Bukaan 1/4 maksimal = 1/1.4 * 1/1.4 = 1/2.8Bukaan 1/8 maksimal = 1/2.8 * 1/1.4 = 1/4.0Bukaan 1/16 maksimal = 1/4.0 * 1/1.4 = 1/5.6dst ..
·Lalu kita bisa menghitung nilai aperture selanjutnya : f/1.4 , f/2.8 , f/4.0 , f/5.6 , f/8 , f/11 , f/16 , f/22 , f32 … Pengaturan aperture dari f/1.4 ke f/2.8 akan membuat cahaya berkurang setengah dari sebelumnya karena memang diameternya mengecil menjadi setengah .
·Pengurangan banyaknya cahaya masuk menjadi setengahnya dikenal juga sebagai turun 1 stop . Misal perubahan dari f/5.6 ke f/8 adalah turun 1 stop dan f/5.6 ke f/11 adalah turun 2 stop . Pada arah sebaliknya justru akan menambah banyaknya cahaya yang masuk , dikenal juga sebagai menaikan stop . Istilah stop ini lebih sering digunakan dalam fotografi ketimbang bicara angka-angka diatas . “Eh .. ini imagenya aga underexpose , coba naikkan 2 stop !!” , ya kira-kira gitu deh
·Biasanya pada kamera , pengurangan cahaya menjadi setengah sebelumnya masih dianggap terlalu besar , karena itu untuk kontrol yang lebih presisi ada konfigurasi untuk membagi-bagi nilai aperture menjadi lebih kecil ke 2 atau 3 bagian . Misal untuk setting 3 bagian dimulai dari f/2.8 , maka urutannya menjadi f/2.8 , f/3.2 , f/3.5 , f/5.6 , f/6.3 , f/7.1 , f/8 … dst . Sama halnya diatas , perubahan dari f/3.2 ke f/6.3 adalah turun 1 stop .
· Kegunaan , kaitannya dengan exposure
· Seperti yang saya bilang diatas , untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk melalui lensa ke sensor kamera . Cahaya adalah unsur penting dalam fotografi . Terlalu banyak cahaya yang lewat akan membuat foto menjadi terlalu terang (overexposure) dan sebaliknya jika terlalu sedikit akan membuat foto menjadi gelap (underexposure) . Konsep mengatur cahaya ini dikenal juga sebagai Exposure . Aperture hanya SALAH SATU dari tiga elemen penting lainya dalam pengaturan exposure yaitu Shutter Speed dan ISO/ASA . Shutter Speed , mengatur durasi waktu untuk merekam cahaya . Semakin lama durasinya semakin banyak cahaya yang direkam dan sebaliknya . ISO / ASA adalah tingkat sensitivitas pada sensor / film dalam merekam cahaya . Semakin tinggi nilai ISO , semakin banyak cahaya yang dapat terekam oleh sensor .
·Saya akan coba membahas dua elemen lainya pada kesempatan berikutnya . Stay Tuned !!!
Shutter
· a.k.a Kecepatan Rana dalam bahasa indonesia . Shutter adalah semacam layer yang menutup sensor . Pada waktu kita men-jepret , Shutter ini akan terbuka selama bbrp waktu sehingga sensor bisa merekam cahaya yang masuk melalui lensa . Durasi pembukaan shutter inilah yang dikenal sebagai Shutter Speed . Logikanya , semakin lama shutter dibuka akan semakin banyak cahaya yang masuk . Dan sebaliknya semakin cepat shutter dibuka maka makin sedikit cahaya yang terekam .
· Satuannya detik . Satuannya lebih mudah dipahami ketimbang satuan Aperture . Untuk mengurangi banyaknya cahaya yang masuk menjadi setengah sebelumnya (-1 stop ), waktu Shutter Speed tinggal di bagi 2 . Dan sebaliknya , untuk menambah cahaya menjadi 2x sebelumnya ( +1 stop ) tinggal di kalikan 2 . Pada kamera Nikon D50 , nilai Shutter Speed yang dapat digunakan pada kamera adalah 60 , 32 , 16 , 8 , 4 , 2 , 1s , 1/2 , 1/4 , 1/8 , 1/16 , 1/32 , 1/64 , 1/125 , 1/250 , 1/500 , 1/1000 , 1/2000 , 1/4000 . 1/4000 . Range nilai Shutter Speed pada kamera tipe/merk lain kurang lebih sama . Pada beberapa kamera pro , kecepatannya bisa sampai 1/8000s . Cukup cepat untuk memotret peluru yang melesat !!
·Slow Shutter Speed
·Teknis dengan menggunakan shutter speed yang rendah ( nilai besar ) . Biasa digunakan pada kondisi kurang cahaya , shutter dibuka lebiiih lama agar kamera dapat mengumpulkan cukup cahaya untuk menghasilkan gambar yg kita inginkan . Jika kita memotret suatu scene dengan beberapa obyek yang bergerak , akan menghasilkan sebuah efek baru yang keren .Misal memotret lalu lintas di malam hari menimbulkan efek “jalur cahaya” / lightrail . Lampu dari mobil2 yang berseliweran direkam dalam sensor
·Slow speed juga bisa menimbulkan kesan dinamis pada foto kita . Seperti pada foto air dibawah . Foto ini aga tricky karena diambil pada siang hari dimana masih banyak cahaya . Triknya adalah kita mengurangi cahaya yang masuk ke sensor dengan memasangkan sebuah atau beberapa (stack) filter ND ( Neutral Density ) . Filter ini akan mengurangi cahaya bberapa kali dari semula ( tergantung level filter ND ) sehingga kondisi banyak cahaya pun akan tampak seperti malam .

High Shutter Speed
·Ini teknik menghasilkan foto dengan kecepatan shutter yang tinggi (nilai rendah) . Kalau yang ini tidak perlu tripod . Cukup dipegang manual oleh kita dan foto yang dihasilkan dijamin tokcer . Teknik ini berguna untuk menangkap sebuah momen yang terjadi . Memberhentikannya tepat di posisi yang kita inginkan . Biasanya digunakan untuk sport , satwa .


Normal Speed
· hehehe ini mah karangan saya sendiri . Maksudnya speed shutter yang biasa digunakan sehari-hari . Di fotografi ada sebuah aturan yang menyatakan bahwa shutter speed ideal untuk menghasilkan gambar yang tajam (tidak blur) adalah minimal sama dengan panjang Fokal dari lensa yang kita gunakan . Misal , kita hendak memotret sebuah obyek dengan panjang Fokal 200mm maka shutter speed yang idealnya adalah 1/200sec . Untuk DSLR dengan crop factor 1,5x (Nikon) maka panjang fokalnya harus dikalikan 1,5 dulu..berarti minimal shutter speed adalah 1/300sec !! Setting shutter speed 1/300sec mudah didapatkan pada siang hari . Malam hari ? jangan harap .. Jadi pinter-pinter lah mencari sikon dan paham setting kamera agar kita mendapatkan shutter speed yang ideal . Itu aja sih intinya .. biar foto yg dihasilkan tidak blur ..
· Eh foto blur tidak selalu jelek lho .. tajam juga tidak selalu bagus . Tergantung anda bos !! sang fotografernya . Jika kebetulan ada ingin meng-invoke sebuah “ketidakjelasan” lewat sebuah foto yg blur .. ya monggo !! asal penikmat foto juga mengerti maksud anda .. ya beres !! Itulah asyiknya fotografi.. UNLIMITED !!! . Tapi untuk kondisi normal kan biasanya orang prefer foto yang tajam dan tidak blur tho ? ya tho ?
· Kaitan dengan Exposure
· Seperti yang sudah saya ulas sebelumnya di Belajar Mengenar Aperture , exposure adalah kemampuan kamera untuk mengumpulkan cahaya yang masuk . Cahaya ini makanannya kamera .. Terlalu banyak foto yang dihasilkan akan terang benderang , terlalu dikit akan kegelapan . Pada umumnya , kita prefer yang tengah-tengah saja . Shutter Speed adalah salah satu dari 3 elemen penentu exposure . Lainnya adalah Aperture ( baca artikel sebelumnya ) dan ISO / ASA . Aperture dan ISO-pun juga bisa di atur dalam kamera , menentukan banyaknya cahaya yang masuk ke kamera .
· Misal kita ingin menangkap momen sebuah artis rocker yang sedang manggung pada malam hari . Namanya rocker suka jingkrak-jingkrak , nah kita ingin menangkap ketika dia lagi jingkrak . Karena malam hari , kamera kekurangan cahaya untuk merekam momen itu . Hemat saya , minimal speed 1/500sec lah .. Untuk mencapai speed sekian kita bisa merubah settingan 2 elemen lain yaitu Aperture dan ISO . Aperture , kita setting nilainya sekecil mungkin (bukaan besar) dan ISO sebesar mungkin . Berdoaaa dan bersyukur agar dapat speed yang kita inginkan . Jika tidak , cari sudut lain yg mungkin memberikan banyak cahaya lebih.. atau ganti kamera / lensa . Kameran / Lensa-lensa profesional dengan Aperture besar biasanya akan menguras kocek anda daleeeeeeem . Dibilangin cahaya itu penting …hehehehe
· Akhir Kata
· Forget the rulez .. .. explore aja kemampuan dari kamera teman-teman sekalian ! Gali inspirasi dari pengetahuan yang sudah ada . Bikin aturan baru .. banyaaak sekali kesempatan untuk berkreatif disini . Learn it and you’ll be better ..

Penggunaan ISO
Umumnya , settingan ISO yang dianjurkan adalah nilai ISO kecil. Noise yg dihasilkan lebih kecil sehingga hasil foto lebih baik apalagi jika berenacana untuk di-print pada ukuran besar. Juga cocok untuk pemotretan landscape / pemandangan dimana noise yg diinginkan seminimal mungkin. Repotnya kalau memotret landscape biasanya pada waktu-waktu dimana justru kurang cahaya : sunrise , sunset atau malam. Mau tidak mau, penggemar jenis foto tersebut harus sedia tripod atau sejenisnya agar bisa menggunakan shutter speed yang lama.
Nilai ISO besar biasanya digunakan untuk kondisi-kondisi kurang cahaya (malam hari atau indoor) dimana setting-an Aperture maupun Shutter Speed sudah mentog. Pada kondisi tersebut , Nilai ISO bisa di naikkan sampai kita memperoleh kecepatan shutter yg ideal. Kenapa tidak menggunakan tripod saja seperti memotret pemandangan ?? well , kalau misalnya obyek foto anda mau diam mematung selama bbrp sec sih bisa saja .. tapi anak saya ga bisa gitu euy . Foto dibawah adalah sample menggunakan ISO paling tinggi pada kamera Nikon D50 saya yaitu ISO 1600. Dapat anda lihat pada bagian bawah foto , dibagian aga gelap tampak butiran-butiran noisenya . Tapi saya harus mengambil foto ini karena momennya bagus . Cahaya seadanya didapat dari cahaya matahari sore yang menerobos masuk. Untuk mendapatkan shutter speed yang cukup agar tidak blur/goyang , dengan DOF yang cukup lebar ( F5.0 ) , saya harus meningkatkan ISO sampai 1600 .

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda